JENTERANEWS.com – Bekerja, bagi sebagian orang, bukan sekadar sumber penghasilan. Ia juga dapat menjadi pilar penting bagi kesehatan mental, menawarkan interaksi sosial, tujuan hidup, dan ruang untuk pengembangan diri. Namun, di balik potensi positif tersebut, tekanan pekerjaan seperti beban kerja berlebihan, tenggat waktu ketat, dan lingkungan kerja yang kurang suportif dapat memicu stres—bahkan depresi—yang berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari.
Menyadari pentingnya kesehatan mental di tempat kerja, ada beberapa langkah proaktif yang dapat diterapkan untuk menjaga keseimbangan dan meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan kesejahteraan. Berikut ulasannya:
1. Istirahat yang Terencana: Jeda untuk Pemulihan
Istirahat bukan berarti malas, melainkan investasi penting bagi kesehatan mental. Manfaatkan jeda singkat di sela-sela pekerjaan untuk menjernihkan pikiran. Nikmati makan siang dengan tenang, jauh dari hiruk pikuk pekerjaan. Akhir pekan pun menjadi momen krusial untuk mengisi ulang energi dan menjauh sejenak dari rutinitas.
Memberi diri sendiri waktu untuk “me time” adalah langkah krusial dalam mengelola stres. Jika tekanan terasa tak tertahankan, jangan ragu untuk mengambil cuti. Lebih penting lagi, jika Anda mengalami gejala gangguan kesehatan mental, segera konsultasikan dengan psikolog atau psikiater profesional.
2. Membangun Relasi Positif dengan Rekan Kerja: Dukungan dalam Tim
Hubungan yang baik dengan rekan kerja lebih dari sekadar urusan profesional; mereka adalah sumber dukungan sosial di tempat kerja. Berinteraksi, saling mendukung, dan mencari kesamaan minat dapat menciptakan atmosfer kerja yang lebih positif dan menyenangkan. Koneksi yang kuat di tempat kerja dapat mengurangi perasaan terisolasi dan meningkatkan rasa memiliki.
3. Hindari Perbandingan yang Merugikan: Fokus pada Diri Sendiri
Membandingkan diri dengan rekan kerja, terutama dalam hal pencapaian karier, adalah jebakan umum yang dapat memicu perasaan rendah diri dan ketidakpuasan. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa hampir separuh karyawan merasa kesehatan mental mereka terganggu akibat kebiasaan ini.
Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, fokuslah pada perkembangan pribadi dan tujuan yang ingin dicapai. Setiap individu memiliki jalur dan kecepatannya masing-masing.
4. Komunikasi Terbuka dengan Atasan: Mencari Solusi Bersama
Mengidentifikasi sumber stres dan mencari solusinya adalah langkah penting. Jangan ragu untuk mengkomunikasikan masalah ini dengan atasan atau pihak terkait di perusahaan. Misalnya, jika beban kerja terlalu berat, diskusikan dengan manajer untuk menetapkan target yang lebih realistis. Laporkan juga jika Anda mengalami diskriminasi atau perlakuan tidak adil di tempat kerja.
Perusahaan yang responsif akan berupaya menciptakan lingkungan kerja yang suportif dan mencari solusi bersama untuk mengatasi masalah yang dihadapi karyawan.
5. Berpartisipasi dalam Kegiatan Bersama: Mempererat Solidaritas
Banyak perusahaan menyelenggarakan kegiatan “bonding” atau kegiatan sosial lainnya. Manfaatkan kesempatan ini untuk berinteraksi lebih santai dengan rekan kerja di luar konteks pekerjaan. Kegiatan semacam ini dapat memperkuat hubungan, mengurangi stres, dan meningkatkan rasa kebersamaan.
Kesimpulan: Investasi untuk Diri Sendiri dan Perusahaan
Menjaga kesehatan mental di lingkungan kerja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga kepentingan perusahaan. Karyawan yang sehat mentalnya cenderung lebih produktif, kreatif, dan termotivasi. Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, Anda dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan mendukung, baik untuk diri sendiri maupun rekan kerja.
Jika Anda merasa stres berlebihan atau mengalami gejala gangguan kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater. Kesehatan mental adalah investasi berharga yang perlu dijaga.(*)