JENTERANEWS.com – Jembatan Bojong Kopo, yang seharusnya menjadi simbol harapan dan konektivitas, kini berubah menjadi panggung keresahan. Laporan dugaan pungutan liar (pungli) sebesar Rp100.000 per mobil mengguncang media sosial, memicu kemarahan warganet dan memaksa aparat gabungan turun tangan.
“Kami merasa tercekik. Di tengah kesulitan akibat bencana, masih ada oknum yang tega memanfaatkan situasi,” ungkap seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Tim gabungan dari Babinsa Loji, Babinkamtibmas Loji, Polantas Polres Sukabumi, dan Samapta Polres Sukabumi bergerak cepat. Dipimpin oleh Serda Cecep dan Bripka Ari Januar, mereka menyisir lokasi, berdialog dengan warga, dan mengumpulkan bukti.
“Pungli ini terjadi saat petugas lengah, terutama menjelang berbuka puasa dan malam hari,” jelas Serda Cecep. “Kami tidak akan mentolerir tindakan ini.”
Pungli ini bukan sekadar masalah uang. Lebih dari itu, ini adalah pukulan bagi rasa keadilan dan solidaritas warga. Di tengah upaya pemulihan pascabencana, tindakan oknum tak bertanggung jawab ini menggerus kepercayaan masyarakat.
“Kami sudah kesulitan mencari nafkah karena jembatan rusak. Pungli ini menambah beban kami,” keluh seorang sopir angkot.
Kapolres Sukabumi menegaskan komitmennya untuk memberantas pungli. “Kami akan tindak tegas pelaku. Masyarakat jangan takut melapor, sertakan bukti foto atau video,” tegasnya.
Selain penindakan, pembatasan kendaraan roda empat tetap diberlakukan demi keselamatan. Hanya kendaraan darurat yang diizinkan melintas.
“Keselamatan adalah prioritas utama. Kami mohon pengertian dan kesabaran warga,” imbuh Kapolres.
Kisah Jembatan Bojong Kopo ini menjadi cermin bagi kita semua. Di tengah kesulitan, masih ada oknum yang tega mencari keuntungan pribadi. Namun, di sisi lain, ada aparat yang sigap dan warga yang peduli.
Mari kita jaga solidaritas, laporkan setiap tindakan pungli, dan bersama-sama membangun kembali Jembatan Bojong Kopo, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara sosial.(*)
Kontributor: Mardi