JENTERANEWS.com – Biasanya, ojek kerjanya mengangkut manusia, mengantarnya dari satu tempat ke tempat lain. Namun sekarang sudah ada Engkreg ojek pengangkut kayu gelondongan atau bahan material dan hasil pertanian.
Pemandangan seperti ini dapat kalian temukan di Kecamatan Cidadap Kabupaten Sukabumi. Jelas, para tukang ojek harus harus benar-benar bermental baja, karena rute yang harus tembus adalah jalan-jalan yang berada di hutan. Bukan hanya aspal, tapi juga medan tanah liat hingga bebatuan. Tidak hanya jalan datar, tetapi juga tanjakan dan turunan.
Salah satu tukang Engkreg, Ajang (45). Mengatakan Ide transportasi jasa ojek kayu atau hasil pertanian ini, kata Ajang, muncul ketika masyarakat setempat melihat para pekerja pengangkut kayu kesulitan saat hendak memindahkan kayu di kawasan perhutani.
“Terutama, ketika mereka harus melalui jalur terjal yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan besar beroda empat,” kata ajang kepada jenteranews.com Rabu (24/04/2024)
Menurut Ajang , beberapa orang lantas memiliki ide untuk membuat alat transportasi yang bisa mengangkut kayu gelondongan atau hasil pertanian lainnya dengan menjangkau lokasi-lokasi yang sulit. Akhirnya, sepeda motor milik warga dipilih menjadi sarana yang paling memungkinkan untuk dijadikan sebagai alat tersebut.
“Ya akhirnya keluarlah ide seperti ini, membuat Engkreg untuk mengakut kayu gelondongan, bahan material atau hasil pertanian lainnya,” kata Ajang.
Dia mengatakan, untuk bisa beroperasi, sepeda motor yang digunakan bukanlah sepeda motor standar keluaran pabrik, melainkan harus dimodifikasi terlebih dahulu agar kuat mengangkut bahan material atau hasil pertanian dengan beban yang lumayan berat.
Adapun sparepart yang di modif seperti, ban dan gir motor, selain itu, di badan motor juga disematkan dua palang besi sebagai tempat membawa kayu, atau di pasang bak dari papan kayu untuk membawa bahan material atau hasil pertanian.
Awalnya, Ajang mengaku tidak berani jadi ojek kayu. Namun, desakan kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga membuat Indra merasa harus memberanikan diri.
“Mulai dari situlah awal saya minat jadi driver tukang ojek palang atau di sebut Engkreg, profesi ini sudah di tekuni oleh kami sudah 12 tahun ” ujar Ajang.
Pada masa-masa awal karier sebagai tukang Engkreg, Ajang mengaku kerap gugup bahkan sering jatuh. Baginya, mengatur keseimbangan motor sambil membawa beban berat yang ditumpuk sangat sulit. Jadi, jalannya harus pelan-pelan.
“Waktu masih awal, suka jatuh tapi kalau dicoba dan terus mencoba, lama-lama lancar, tergantung kondisi medan, kadang kalau sudah lelah, tenaga berkurang, saya sering juga tidak kuat menahan keseimbangan motor dan akhirnya terjatuh,“ ungkap Ajang.
Ongkos yang dipatok dirinya dan rekan-rekannya sesama tukang Engkreg beragam, tergantung jarak yang ditempuh.
“Yah sesuai jarak tempuhnya. Kalau medan, namanya yang perlu di angkut Engkreg, pasti medannya terjal dan menantang,” ujarnya.
Hingga sekarang, Engkreg masih dipercaya oleh para tukang kayu untuk mengangkut hasil pekerjaan mereka. Sebab, tidak ada kendaraan roda empat yang sanggup menembus hutan. Bagi Ajang, profesi ini merupakan berkah tersendiri.
“Alhamdulilah, untuk pendapatan bisa mencukupi biaya rumah tangga. Semakin banyak angkutan atau jarak pengangkutan jauh, semakin besar pendapatannya,” tuturnya. (*)