JENTERANEWS.com – Ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya Aliansi Mahasiswa Sukabumi Bergerak berunjuk rasa di Balai Kota Sukabumi dan gedung DPRD Kota Sukabumi, Kamis (7/3/2024). Mereka nyaris masuk ke gedung DPRD namun berhasil dihalau oleh aparat kepolisian.
Para mahasiswa tersebut membawa beberapa bendera organisasi. Mereka juga nampak membawa spanduk ‘Harga Beras Melangit Rakyat Menjerit,’ ‘Jadi Miskin di Negara Kaya,’ dan ‘Untuk 1 Keluarga Mengorbankan 1 jt Keluarga.
Massa melakukan demo dengan dipimpin satu mobil komando. Mereka long march dari Lapang Merdeka menuju Balai Kota Sukabumi, DPRD Kota Sukabumi dan berakhir di Tugu Adipura. Saat berada di gedung DPRD Kota Sukabumi, massa nampak beberapa kali mencoba masuk sambil menyuarakan revolusi.
Aksi saling dorong pun tak terhindari. Massa sempat terpecah dan terbagi di dua sisi gerbang DPRD. Di sisi lain polisi memasang barikade untuk menghalau massa.
Saat massa akan berlanjut menuju Tugu Adipura, salah satu gerbang DPRD Kota Sukabumi dibuka. Sontak beberapa mahasiswa yang mulanya akan menuju Tugu Adipura berbalik arah dan masuk ke gedung DPRD.
Para anggota polisi yang membawa tameng langsung mendekati mahasiswa dan menghalau mereka masuk ke area gedung DPRD. Sempat terjadi adu mulut namun akhirnya mahasiswa keluar dan menuju Tugu Adipura.
Koordinator Aksi Angga Fauzi mengatakan mahasiswa turun ke jalan karena miris dengan kondisi harga pangan di Kota Sukabumi. Menurutnya, pemerintah dan DPRD harus tegas dalam menangani persoalan tersebut.
“Kita meminta agar pemerintah daerah khususnya DPRD bisa kembali menstabilkan harga beras di Sukabumi, kita juga meminta agar pemerintah menyerap gabah-gabah kering dari petani, karena mayoritas penyerapnya masih dari swasta,” kata Anggi
Selain dua hal tersebut, mahasiswa juga menolak kebijakan impor beras. Pasalnya, kata dia, pada April 2024 sudah memasuki masa panen raya maka hal itu dapat merugikan petani.
“Tentu bicara impor beras kita tolak keras karena bulan April akan panen raya. Petani banyak yang ngeluh, di saat harga beras naik tapi harga gabah tidak naik signifikan. Tidak berbanding lurus dengan harga beras,” ujarnya.
“Petani mengeluh harga pupuk ikut melambung tinggi tapi harga gabah tidak (naik). Sehingga ini jadi keresahan petani dan petani juga mendengar wacana impor beras yang digelontorkan pemerintah pusat ini benar-benar menyakiti petani,” sambungnya.
Mahasiswa menilai, kenaikan harga beras saat ini merupakan yang tertinggi selama 30 tahun terakhir. Namun sayangnya, upaya pemerintah dan DPRD belum optimal dalam mengendalikan harga beras.
“Terlebih kita akan masuk ke bulan Ramadan, kami sangat-sangat mendesak pemerintah daerah di Kota Sukabumi harus mampu menstabilkan harga beras,” pungkasnya. (*)