JENTERANEWS.com – Bencana pergerakan tanah di Sukabumi kembali terjadi. Kali ini, terjadi di Kampung Cikarang Tawang, RT 01, RW 05, Desa/Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi, yang mengakibatkan dua unit rumah warga, mengalami ambruk akibat tanah bergerak.
Dari informasi di lapangan, peristiwa pergerakan tanah hingga menggerus 2 unit rumah warga tersebut terjadi pada Jumat, 29 Maret 2024, sekitar pukul 15.30 WIB saat hujan deras disertai angin kencang.
Menurut Sihabudin, Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan Bantargadung, dalam peristiwa pergerakan tanah tersebut tidak ada korban jiwa atau luka, hanya saja dua unit rumah warga yang dihuni 4 KK (Kepala Keluarga) dengan 12 jiwa ini mengalami rusak berat.
Hasil pengecekan dan pemantauan yang dilakukannya bersama tim gabungan dari forum pimpinan kecamatan, pemerintah desa setempat, kata Sihabudin peristiwa ini disebabkan oleh pergeseran tanah yang dipicu oleh luapan debit air sungai Cigadung yang tinggi dan deras.
Lanjut Sihabudin, saat ini sebagai upaya penanganan sementara telah dilakukan pengecekan dan pendataan bersama setelah berkordinasi dengan jajaran forum pimpinan kecamatan Bantargadung, pemerintahan desa, dan pihak terkait lainnya.
Masih kata Sihabudin, adapun kebutuhan mendesak seperti material bahan bangunan untuk perbaikan rumah, bronjong untuk perbaikan tebing bantaran sungai Cigadung, dan relokasi rumah warga yang ambruk.
“Tadi juga warga dihimbau untuk lebih berhati-hati dan waspada, mengingat kan akhir akhir ini cuaca cukup ekstrim melanda wilayah Kabupaten Sukabumi,” singkatnya.
Sementara itu Siti Asyiah (36) salah satu warga yang terdampak mengungkapkan tanda tanda pergerakan tanah tersebut sudah terlihat sejak beberapa bulan ke belakang dan terakhir dirasakan dua hari saat bulan ramadan 1445 H pekan lalu dengan ditandai lantai rumah mulai amblas, dinding dinding juga mengalami retak retak.
“Saat itu memang kalau tidak salah terjadi hujan intensitasnya cukup deras, kejadiannya kalau tidak salah 14.30 Wib, lantai mulai terlihat amblas,” timpalnya.
Sejak kejadian itu, kata Asyiah setiap siang hari pergerakan tanah semakin terlihat dan nyata lantai mengalami amblas semakin melebar dan dalam, terlebih saat kendaraan besar melintas di ruas jalan nasional Cibadak Palabuhanratu tersebut.
“Saat kejadian itu, tiap ada getaran dari jembatan itu dinding dinding retakannya membesar. Puncaknya kemarin, saya masih di rumah didalam, setelah kejadian baru keluar, saya ikut ke mertua kebelakang, ibu ke keponakannya ikut,” paparnya.(*)