JENTERANEWS.com – Kabupaten Sukabumi dilanda bencana dahsyat. Hujan deras yang mengguyur tanpa henti sejak Kamis (6/3) telah memicu banjir bandang dan tanah longsor yang meratakan sebagian wilayah. Dampak dari bencana hidrometeorologi ini sungguh memilukan, merenggut nyawa, menyisakan duka orang hilang, dan menghancurkan harta benda.
Lumpuhnya Aktivitas di 17 Kecamatan
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, 17 kecamatan kini dalam kondisi darurat. Bencana ini telah melumpuhkan aktivitas warga di:
- Kadudampit
- Curugkembar
- Palabuhanratu
- Waluran
- Bantargadung
- Cisaat
- Cikembar
- Warungkiara
- Sagaranten
- Lengkong
- Jampangtengah
- Ciemas
- Cimanggu
- Pabuaran
- Gunungguruh
- Cikakak
- Cicantayan
Jeritan Pilu: Korban Jiwa dan Pencarian yang Tak Berhenti
Hingga Jumat (7/3) pagi, data BPBD mencatat:
- Satu nyawa melayang di Kecamatan Simpenan.
- Tujuh orang masih hilang, meninggalkan keluarga dalam ketidakpastian:
- Dua di Kecamatan Simpenan.
- Tiga di Kecamatan Lengkong.
- Dua di Kecamatan Palabuhanratu.
Tim SAR gabungan terus berjuang di lapangan, melawan derasnya arus dan sulitnya medan, demi menemukan para korban.
Kerugian Material yang Mencengangkan
Bencana ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghancurkan:
- 116 keluarga (204 jiwa) kehilangan tempat tinggal.
- 31 keluarga (159 jiwa) terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat.
- Lima rumah rata dengan tanah, lima lainnya rusak parah.
- 120 rumah terendam lumpur, tak bisa lagi dihuni.
- 120 fasilitas umum dan fasilitas sosial rusak.
Upaya Penanganan: Bahu Membahu di Tengah Bencana
BPBD Kabupaten Sukabumi bersama TNI, Polri, relawan, dan warga setempat terus berupaya keras. Evakuasi, pencarian korban, pendistribusian bantuan logistik, dan pendirian posko pengungsian menjadi fokus utama. Namun, tantangan di lapangan sangat besar, terutama dengan cuaca yang masih tidak menentu.
Sorotan Tajam: Aktivitas Ilegal dan Kerusakan Lingkungan
Di balik bencana ini, muncul dugaan kuat adanya faktor lain yang memperparah dampak. Aktivitas pertambangan emas ilegal di hulu sungai disinyalir menjadi penyebab utama erosi tanah. “Kerusakan lingkungan yang masif telah membuat wilayah ini rentan terhadap bencana,” ujar seorang aktivis lingkungan yang enggan disebutkan namanya.
Peringatan Dini dan Kewaspadaan Tinggi
Pemerintah Kabupaten Sukabumi mengimbau seluruh warga untuk meningkatkan kewaspadaan. “Cuaca ekstrem masih akan berlangsung. Hindari daerah aliran sungai dan lereng yang rawan longsor,” tegas seorang pejabat BPBD.
Bencana ini menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Saatnya kita berbenah, agar tragedi serupa tidak terulang kembali.(*)